Just Listen

'When I Was Your Man', Ketika Bruno Mars Patah Hati

     Desember mendatang, Bruno Mars mengungkap single terbarunya. When I Was Your Man terdengar sangat emosional, dengan dentingan piano.
     Kalau single Moonshine mengingatkan pada Michael Jackson, makaWhen I Was Your Man sekilas terdengar pengaruh Elton John. Bruno menghayati lagu ini dengan sangat baik, seolah dia benar-benar terluka.
Bruno Mars terdengar sedih mengungkapkan penyesalannya dalam 'When I Was Your Man' @photobugs.com     Lagu balada yang mudah didengar dan diingat orang. "Take you to every party cause all you wanted to do was dance. Now my baby is dancing, but she’s dancing with another man," ujar Bruno yang berusaha keras menyimpan sakit hatinya.      "My pride, my ego, my needs and my selfish ways, Cause a good strong woman like you to walk out my life," rintih Bruno kemudian.
Artwork untuk single terbaru Bruno Mars, 'When I Was Your Man', menampakkan sosok sang penyanyi dari belakang, seolah mencari harapan @singersroom.com
     Artwork untuk single terbaru Bruno Mars 'When I Was Your Man'
menampakan sosok sang penyanyi dari belakang, yangseolah mencari harapan.
     Dalam akun Twitter-nya, Bruno menulis, "Soon you guys will hear a song I wrote called 'When I Was Your Man', I've never been this nervous. Can't explain it."
     Silakan klik video di bawah kalau mau dengar. Dengan catatan, yang tidak patah hati jangan ikut sedih, ya!
READMORE
 

"JLO Dance Again World Tour 2012" di Jakarta

     Diva Pop asal Amerika Serikat, Jennifer Lopez (JLO) beraksi dalam konser bertajuk "JLO Dance Again World Tour 2012" di MEIS (Mata Elang International Stadium) Ancol, Jakarta, Jumat (30/11/2012). Sejumlah lagu hits andalannya dilantunkan dalam konser itu diantaranya, 'Get Right', 'Never Gonna Give Up', 'Dance Again', dan 'On The Floor'.

Sumber: http://life.viva.co.id/
              http://www.thejakartapost.com/
READMORE
 

8 Lagu Indonesia yang Melegenda


1. Mungkinkah - Stinky
2. Kisah Cintaku - Peterpan
3. Sempurna - Andra & the Backbone
4. Janji Suci - Yovie and Nuno
5. Separuh Aku - Peterpan
6. Mengenangmu - Keispatih
7. Kisah Kasih di Sekolah - Chrisye
8. Garuda di Dadaku - Netral
READMORE
 

Manfaat Mendengarkan Musik Jazz

     Penelitian oleh Blaum pada tahun 2003 mendapatkan hasil bahwa setelah para siswa mendengarkan musik jazz, mod mereka menjadi lebih enak, sehingga membantu para siswa untuk belajar. Hasil penelitian ini kemudian diterapkan oleh Norman L. Barber dan Jameson L. barber dengan memberikan CD Jazz for Success pada mahasiswa tingkat pertama Universitas Massachusetts. Mereka memberikan CD tersebut dengan tujuan agar mahasiswa tingkat satu dapat mengatasi emosi negatif (marah, cemas, depresi, takut) karena sulit menyesuaikan diri dengan dunia perkuliahan (Lihat “Kawanku”, edisi 40: 2006). Beberapa contoh musik jazz yang layak didengarkan (vatonie collection): Norah Jones, Natalie Cole, Nat King Cole
READMORE
 

Macam-macam Aliran Musik Jazz


     Musik juga diibaratkan sebagai pelangi yang mempunyai macam warnanya,ada merah,kuning,hijau,ungu dah bahkan ada jg yang lainya. begitu jg musik, setiap orang berbeda beda bagaimana caranya untuk menikmati musik itu sendiri genre yang sangat beraneka ragam. dari mulai musik jazz,blues,pop,rock,metal dan lain sebaginya,setiap orang berbeda beda dalam menikmati musik itu sendiri. kemarin gw sudah memposting beberapa genre dari aliran genre musik terdahulu dan pengembangannya. mungkin hari ini gw mencoba untuk mempersekat antara musik jazz dan ciri khasnya.
Ciri khas jazz latin
     Bagi musisi jazz bagian musik sering disebut “latin” jika tepat 8-note semuanya pada ayunan (swinger) 8-note pada umumnya musik Jazz. Banyak musisi jazz yang tahu banyak tentang sejarah dari jazz Amerika tapi mungkin sedikit tidak familiar dengan sejarah atau tradisi dari latin jazz meskipun mereka mungkin mengetahui beberapa komposisi yang agak terkenal .
     musik latin jazz seperti kebanyakan tipe musik jazz bisa dimainkan dalam grup besar maupun kecil. Grup kecil atau combo sering menggunakan format Be-bop yg popular di Amerika tahun 1950an. Ketika musisi memainkan melodi standar banyak dari musisi ini memainkan improvisasi solo dan kemudian masing-masing memainkan melodi lagi. Pada band jazz latin, perkusi solo lebih sering tampil, bahkan lebih sering menjadi pusat perhatian selama pertunjukan solonya. Perkusi solo pada jazz latin lebih terstruktur daripada pada swing bands dimana drum solo jarang tapi lebih kontemporer dan conga atau timbale dapat menambah melodi pada pertunjukan .Sejarah jazz latin
     Jazz latin berawal diakhir 1940an ketika Dizzy Gillespie dan Stan Kenton mulai mengkombinasikan bagian ritme dan struktur dari musik Afro-Cuban seperti oleh Machito and his Afro-Cubans dengan instrumen dari jazz dan ide solo improvisasi. Stan Kenton merilis sebuah aransemen bergaya Afro-Cuban, The Peanut Vendor yang dianggap secara luas sebagai album jazz latin yang pertama “the first authentic Latin Jazz recording”.
     Di 1947 Dizzy Gillespie berkolaborasi dengan pemain conga Machito Chano Pozo untuk menampilkan “Afro-Cuban Drums Suite” di Carnegie Hall . Konser ini membawa jazz latin dihargai dalam mainstream. dan Pozo akhirnya bersama Gillespie band memproduksi “Cubana Be, Cubana Bop”.
    Dibandingkan dengan jazz amerika, jazz latin berisi straight rhythm, daripada swung rhythm. Jazz latin berbirama empat tetapi memakai bentuk dari clave. Conga timbale güiro dan claves adalah instrument perkusi yang berperan penting pada pembentukan nuansa latin .
Samba
     Samba berasal dari abad 19 Afro-Brazilian musik seperti Lundu. Berisikan bentuk modifikasi dari clave. Bossanova adalah musik campuran yang berbasis pada ritme samba tapi dipengaruhi musik Eropa dan Amerika dari Debussy sampai jazz amerika. bossa nova berawal 1960an. Atas usaha keras dari orang Brazil Antonio Carlos Jobim, João Gilberto dan seorang Amerika Stan Getz. Lagu yang paling terkenal tapi masih dapat diperdebatkan The Girl from Ipanema oleh Gilberto dan istrinya, Astrud Gilberto.
     Jazz latin merupakan kombinasi yang sempurna dari ritme Latin dan prase jazz yang dapat memberikan energi penontonnya lebih dari jenis musik manapun. Sebagai bagian dalam Smithsonian Institution dari alur besar musik jazz Latin berakar & berasal pada musik musik Caribbia sampai New Orleans dan club-club kota New York sampai popular keseatero dunia pada masa sekarang. , jazz latin adalah suatu musik yang sangat spektakuler dan semenarik musik Fusion.
     Raul Fernandez, professor ilmu sosial di University of California di Irvine dan ahli pada budaya USA-Latin Amerikan, tinggal di Orange, California.
Akar jazz latin
     Dari terminologi musisi jazz New Orleans Jelly Roll Morton, jazz yang tercipta dengan “Spanish tinge”. Diabad 19, terjadi percampuran antara musik tradisional dari Karibia yang dibawa oleh Imigran ke AS, dan menelurkan disuasana yang komplekx suatu gaya musik yang baru. Perkusi memainkan sesuatu yang dramatis dan penting, demikian pula berbagai instrumen baru menemukan jalan mereka ke jazz, dan kerumitan musik Afrika, Karibia dan Amerika menjadi lebih diperhatikan. Diakhir 1940 dan awal 1950, musisi termasuk Mario Bauza, Dizzy Gillespie, Chano Pozo, dan Machito mulai mencampur jazz dengan musik Afro-Cuban. Hasilnya kurator latin jazz Raúl Fernández menyebutnya “a hybrid of hybrids”.
     Di New York, the Palladium and Birdland menampilkan musisi Puerto Rico, Cuba, Panama, and Dominika. Penikmat dan musisi jazz New Orleans dan Los Angeles juga menerima pengaruh Karibia ini. Di San Francisco, the Beats wove, the vocabulari dan ritme dari Afro-Cubop diterima dalam karya mereka. Meskipun, gaya dari jazz America bercampur dengan Karibia. Latin jazz membuat pendengarnya berdansa. Son, mambo, rumba, dan cumbia terinspirasi rhythms dari Latin jazz. Dansa dengan gaya ini makin popular lebih lagi saat ini.
Alat musik yang digunakan 
     Musik ini menggunakan instrument : a tres, claves, maracas, congas, bongos, güiros, tamboras, drums, horns, cuatros, timbales, and five-key flutes (beberapa dimiliki & dimainka musisi jazz besar)
     “Jazz latin adalah bentuk seni amerika klasik (a classic American artform…)” John Santos Jazz latin adalah percampuran dari musik Afrian dan rhythms indah dan menakjubkan dari semua aspek Latin Amerikan dalam bahasa Jazz. Pertama dikenal dengan sebutan Cubop, lalu jazz Afro-Kuba, ini terbentuk di kota New York, sebagai bagian dari revolusi sosio-kultural yang sangat besar di 1930′s & 40′s adanya pengaruh rasial antara komunitas musisi black, white and Latino, explorasi & infasi dari musisi yang memiliki visi seperti Alberto Socarras, Ernesto Lecuona, Dizzy Gillespie, Charlie Parker, Mario Bauza, Machito & his Afro-Cubans, Juan Tizol, Noro Morales, Tito Puente, Chano Pozo, Stan Kenton, Chico O’Farrill, dan banyak lainnya.
Karakteristik
     Sampai saat ini, bagian dari ritmik utamanya yang membuat jenis musik ini melaju sangat pesat dan meluas melewati batas ke Amerika adalah bentukan musik Cuba bergaya rumba, cha cha cha, songo, bolero, guaracha, son montuno (termasuk juga mambo dan salsa) termasuk juga kontribusi ritme dari Brazil (samba, bosa nova).
     Begitu banyak karakteristik yang dapat mendefinisikan cakupan jazz latin dari avant garde (Emiliano Salvador, Hermeto Pascual, dll) sampai bentuk yang lebih populer (Poncho Sanchez, Tito Puente, dll.).. Dibandingkan dengan musik yang populer yang berisikan melodi yang sederhana, chord progression yang sederhana dan hampir tanpa improvisasi, latin jazz terdengar lebih rumit. Jazz latin mengandung musik dengan campuran instrumen (instrumental hybrid) dan berisikan harmoni jazz yang lebih progresif digunakan di dan semua struktur ritmis, dicampurkan dengan sedikir improvisasi, dan percampuran berbasis ritme Afrika dan perkembangan semua jenis musik Amerika latin.
     Musik populer Brazilian berisikan ritme samba dan atau bossa nova, sama terkenalnya dengan musik populer Kuba yang lain, juga salsa atau musik dansa tropis yang sering beraroma mistis untuk jazz latin.
Beragamnya gaya dari jazz latin sering kali membingungkan penggemarnya yang fanatik sekalipun.
     Yang ada atau karakteristik dari jazz latin:
- Musik berinstrument hybrid
- Berisikan harmoni jazz progressive menggunakan aransemen struktur struktural ritme yang beragam
- Berisikan ritme Afrika yang terus berkembang dengan diaspora Latin Amerika
- Memperkenankan penggunaan improvisasi gaya jazz dalam kerangka kerja dan variasi dari bentuk keduanya
Sumber : http://koboy-kampus.blogspot.com
                   www.ae96.ru
READMORE
 

Sejarah Musik Jazz di Indonesia

     Ketika jazz mulai dikenal di awal 1900an, jazz yang kental dengan unsur march, ragtime, dance-hall music di seputaran New Orleans, maka di tanah air jazz juga dikabarkan masuk di waktu yang sama. Pada tahun 1920, tercatat ada band di bawah pimpinan seorang musikus yang nasionalis, Wage Rudolf Supratman, Black & White. Band tersebut terbentuk dan bermain di kota Makasar.
     Pada seputaran tahun tersebut, jazz di Indonesia pada jaman sebelum kemerdekaan memang dimainkan oleh musisi Indonesia juga Belanda. Pergerakan lain juga terjadi dalam skala kecil di beberapa kota besar di Jawa, semisal di Jakarta dengan terbentuknya Melody Makers yang ditokohi Jacob Sigarlaki. Waktu itu Jacob didukung musisi lain seperti Bootje Pesolima, Hein Turangan, Nico Sigarlaki hingga Tjok Sinsu.
     Melody Makers berdiri di era 1930an, sementara di tahun 1940an Hein Turangan kemudian juga membentuk grup sendiri bernama Jolly Strings di Jakarta. Di era 40an tersebut sudah muncul pula seorang kritikus jazz bernama Harry Liem, yang aktif menulis di Jazz Wereld. Setelah selesainya Perang Dunia kedua, Harry Liem pindah ke Amerika dan tetap meneruskan karir penulisan jazznya di sana.
     Catatan sejarah jazz di Indonesia lebih lengkap memang akhirnya lebih dideteksi selepas Indonesia merdeka. Setelah muncul nama-nama seperti Nick Mamahit, Bart Risakotta, Freddy Montong, Didi Pattirane, Said Kelana, Mus Mualim, Bubi Chen, Jopie Chen, Jim Espehana, Jack Lemmers (yang kemudian lebih dikenal sebagai Jack Lesmana) hingga kemudian juga Didi Tjia, Benny Mustapha, Benny Likumahuwa, Maryono, Bill “Amirsyah” Saragih, Lodi Item, Eddy Karamoy sampai Hasbullah, Kiboud Maulana dan Ireng Maulana.
     Nick Mamahit di pertengahan 1950an sempat merilis album Sarinande, yang mana Nick pada piano didukung Bart Risakotta (drums) dan Jim Espehana (bass). Album tersebut dianggap sebagai tonggak rekaman musik jazz di tanah air.
     Di tahun 1967, Indonesia All Stars sempat muncul mengagetkan di ajang Berlin Jazz Festival. Saat itu grup tersebut, yang konon berlatih susah payah dengan segala bentuk keterbatasan saat itu, terdiri dari Bubi Chen (piano), Jopie Chen (bass), Jack Lesmana (gitar), Benny Mustapha Van Diest (drums) dan Maryono (saxophone). Mereka menyodorkan “jazz Indonesia” seperti komposisi ‘Djanger Bali’ dan ‘Ku Lama Menanti’ (disingkat KLM, menjadi “ucapan penghargaan dan terima kasih” bagi dukungan perusahaan penerbangan Belanda, KLM untuk keberangkatan grup tersebut)
     Dalam kesempatan itu, Bubi Chen mendapatkan respon sangat positif dari para penulis jazz internasional. Ia lantas disebut sebagai pianis jazz terbaik di Asia, selain digelari sebagai “Art Tatum of Asia”. Namun penampilan grup Indonesia All Stars juga mendapatkan sambutan sangat hangat dari penonton.
     Perlu diketahui Art Tatum bisa disebut salah satu pianis jazz terbesar yang pernah ada. Pianis yang karena gangguan katarak sejak kecil, hingga nyaris buta kedua matanya, tercatat sempat menghasilkan sekitar 13 album solo. Ia dikenal luas lewat trionya bersama Tiny Grimes (guitar) dan Slam Stewart (bass) di tahun 1943. Tatum yang meninggal dunia di tahun 1956, pernah membuat Charlie Parker yang masih remaja mau menjadi tukang cuci piring di clubs dimana Tatum bermain, untuk bisa terus menyaksikan dan mendengar permainan Tatum.
     Kemudian di tahun 1970 dalam kesempatan Expo’70 di Jepang, tampil pula kolaborasi pianis Mus Mualim dan violis Idris Sardi. Mereka mencengangkan pula penonton saat itu lewat sodoran konsep “jazz timur”nya pula, antara lain dengan memainkan ‘Es Lilin’.
     Di sekitar saat Indonesia All Stars bermain di Berlin, sempat juga diedarkan album Djanger Bali yang dimainkan lewat kolaborasi Indonesia All Stars bersama pemusik jazz Amerika, Tony Scott. Ada beberapa repertoar yang mengandung unsur musik tradisi Nusantara dalam album tersebut, tapi mereka tidak memainkannya dengan menyertakan peralatan musik tradisi. Karena bebunyian musik tradisi diwakili oleh petikan gitar Jack Lesmana atau pola tiupan saxophone Maryono yang mengadaptasi pola glissando musik karawitan sunda.
     Masih di seputaran dekade 60-an, jazz Indonesia juga meramaikan tempat-tempat hiburan malam seperti bar atau kafe. Dari lingkungan tersebut ikut muncul multi-instrumentalis, Bill Saragih, yang kemudian melakukan perjalanan ke beberapa negara di Asia hingga Amerika, setelah itu memilih menetap di Australia untuk belasan tahun lamanya. Bill antara lain dikenal lewat kelompok The Jazz Riders. Grup ini pada awalnya dibentuk oleh Didi Pattirane, namun setelah Didi Pattirane pindah ke New York, diteruskan oleh Didi Tjia dan tetap bersama Bill Saragih.
     Memasuki dekade 70-an, kehidupan jazz Indonesia dilanjutkan dengan aktifitas di beberapa kota besar. Misalnya di Jakarta dengan Jack Lesmana didukung penuh sang istri, Nien Lesmana. Mereka aktif menggelar jazz di panggung, terutama di areal Taman Ismail Marzuki dan juga di layar kaca, TVRI. Tontonan rutin digelar, walau seringkali minim penonton, konon pernah terjadi satu acara jazz di TIM hanya disaksikan tiga orang penonton saja!
     Pada tahun 1976, dalam acara bertajuk Jazz Masa Dulu dan Kini, 30-31 Mei 1976 muncullah musisi belia. Dia bermain piano masih di atas pangkuan Broery Marantika, dengan kaki belum dapat menyentuh pedal. Dialah musikus masa depan, Indra Lesmana. Di waktu itu pula, Jack Lesmana memperkenalkan kakak-beradik yang disebut musisi jazz sangat berbakat yang datang dari Surabaya, Oele dan Perry Pattiselanno.
     Pementasan Jazz Masa Lalu dan Kini itu kemudian direkam dan dirilis ke publik. Merupakan rekaman live pertama di tanah air saat itu. Dalam rekaman tersebut, seperti juga dalam pementasannya, tampil para musisi papan atas seperti Bubi Chen, Benny Likumahuwa, Didi Tjia, Benny Mustapha, Abadi Soesman, Margie Segers, Rien Djamain, Broery Marantika. Termasuk pula Indra Lesmana dan kakak-beradik, Oele dan Perry Pattiselanno.
     Di Bandung kegiatan jazz digalang antara lain oleh para penikmat jazz dan termasuk Hasbullah bersama Sonata 47. Hasbullah adalah ayah kandung musisi kakak-beradik, Elfa Secioria dan Hentriessa Yulmeda, yang pada waktu kemudian lantas menjadi motor pergerakan lanjutan di Bandung. Di Surabaya terdapat tokoh-tokoh seperti Bubi Chen dan Maryono.
     Menyangkut rekaman, di tahun 70-an, Jack Lesmana juga kerap menghasilkan album rekaman jazz. Selain album solo, juga album dari beberapa penyanyi seperti Margie Segers, Rien Djamain, Broery Marantika. Dan saat itu terdapat label rekaman Hidayat, sebagai label indie yang aktif memproduksi rekaman-rekaman jazz. Hidayat kemudian ditemani label lain, Pramaqua.
     Pramaqua antara lain merilis album Jopie Item Combo & Idris Sardi di tahun 1977, yang antara lain didukung pula musisi kawakan seperti Karim Suweilleh (drums), Abadi Soesman (drums) dan Wempy Tanasale (bass). Album ini mengetengahkan duet permainan biola Idris Sardi dan raungan gitar Jopie Item.
     Jopie Item sejak pertengahan 1970an muncul sebagai generasi lanjutan jazz Indonesia yang lumayan aktif bermain di pentas clubs dan TVRI. Grupnya waktu itu yang terkenal adalah Jopie Item Combo antara lain dengan Karim Suweilleh, bassist funky pertama, Wempy Tanasale. Dengan kibordisnya Alex Faraknimella, kerap juga Jopie bermain dengan Rully Johan atau Abadi Soesman.
     Sementara Abadi Soesman sendiri juga memiliki proyek jazz rocknya yang lain, dengan kelompok The Eternals, yang juga bermain di clubs. Abadi Soesman dikenal saat itu dengan penyanyinya, Mira Soesman.
     Mulai juga berkelana di clubs ataupun bar dan kafe di era 80-an beberapa nama jazzer lain, seperti Ireng Maulana dan Kiboud Maulana. Kemudian lainnya adalah gitaris kawakan Victor Rompas, yang muncul di kafe-kafe milik pasangan artis Frans Tumbuan dan Rima Melati.
     Di akhir 1970-an, tepatnya di 1978, berdirilah kafe yang lantas menjadi salah satu tempat trendy terpenting pergerakan jazz di era 80an, Green Pub, di gedung Djakarta Theatre di pusat kota Jakarta. Waktu itu yang tampil dalam grup yang memakai nama Gold Guys sebagai formasi perdana adalah Armand (kibor), Djoko Waluyo Haryono (gitar), Dicky Prawoto (bass), Karim Suweilleh (drums) dan Embong Rahardjo yang kerap digantikan Maryono (saxophone). Vokalisnya waktu itu adalah Jackie Bahasoean, vokalis jazz yang datang dari Surabaya.
      Pada jaman 70-an tersebut, jazz Indonesia juga didukung oleh beberapa penulis yang adalah penggemar jazz setia seperti Soedibyo PR dari Bandung selain Tim Kantoso DM yang keduanya selain menulis juga membawakan acara jazz di radio. Ada pula mantan bassist Jim Espehana, yang lantas menjadi penulis dan kritikus jazz di Bandung,.Selain Indra Malaon SH, yang di tahun 1980an kemudian mendirikan Perhimpunan Jazz Indonesia. Indra Malaon kerap siaran jazz di radio bareng Tim Kantoso.
     Perlu diingat pula, di akhir 70-an tersebut mulai terdeteksi pergerakan jazz di lingkungan kampus. Yang paling menonjol adalah Universitas Indonesia lewat para mahasiswa Fakultas Ekonominya. Pada waktu itu muncul Chandra Darusman dengan kelompok vokalnya bernama Chaseiro yang antara lain didukung teman-teman sekampusnya seperti kakak beradik Helmie dan Rizali Indrakesuma, Edi Hudioro, Norman Sonisontani atau Omen, selain anak fakultas kedokteran, Aswin Sastrowardoyo.
     Kelompok ini di rekaman maupun di atas pentas kerap didukung musisi berbakat dari lingkungan SMA antara lain dari SMA di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. Yang kerap mendukung adalah adik kandung Edi Hudioro yaitu drummer Uce Haryono selain peniup klarinet, Rezky Ratulangi Ichwan.
     Selain Chaseiro yang sejatinya pada rekamannya lebih ke bentuk pop dengan sedikit aroma jazz, muncul pula musisi muda lain Fariz Rustam Munaf. Fariz merilis album yang lumayan tebal unsur jazz rocknya yaitu Sakura di tahun 1978. Fariz adalah wakil figur muda dari lingkungan SMA selain Uce dan Rezky di atas, yang tampil ke permukaan meramaikan pergerakan jazz Indonesia. Walau pada waktu itu, Fariz lebih dipandang sebagai musisi dan penyanyi pop. Fariz disusul kelak oleh Addie MS juga Raidy Noor.
     Di akhir periode 70-an tersebut, juga kian banyak penyanyi-penyanyi yang aktif di lingkungan kafe, menyanyikan lagu-lagu bertema jazz, jazz-pop seperti Hemi Pesolima, Henry Manuputty, Utha Likumahuwa, Ria Likumahuwa, Aska Daulika hingga Vicky Vendi.
     Kelak pada periode berikutnya, di tahun 1980-an, nama-nama seperti Chandra Darusman, Chaseiro, Fariz RM hingga Jopie Item, Ireng Maulana, Utha Likumahuwa dan termasuk Elfa Secioria dan Indra Lesmana menjadi lebih besar dan menjadi motor utama penerus kehidupan jazz di tanah air.

Sumber: http://isranpanjaitan.wordpress.com
                  http://forum.indowebster.com/
                  http://online.wsj.com                  
                  www.concentus-morabiae.cz
                  
READMORE
 

Ketika Gangnam Style Berwujud Menjadi ...

1. Gangnam Flashdisk

     Popularitas Gangnam Style ditangkap secara cermat oleh produsen flashdisk dengan mengeluarkan versi PSY. Portable memory ini tersedia dalam size 4 dan 32GB dengan bentuk PSY yang tengah menari joget kudanya. Pastinya benda ini bakal laris diburu oleh para penggemarnya. 

2.Gangnam Bento

     Makanan bekal ala Jepang atau disebut Bento memamng unik penyajiannya. Semua pembuat makanan ini mencoba berkreasi dengan hiasan yang inovatif agar orang tertarik membelinya. Salah satunya adalah Gangnam Style Bento ini. Dia menaruh hiasan pose PSY yang ikonik di atas nasinya.

3. Gangnam Cake

Ketenaran PSY dengan Gangnam Style-nya juga dibidik oleh pembuat kue. mereka membuat hiasan kue dengan wajah PSY di atasnya. Begitu bagus dan sayang kalau harus dipotong dan dimakan.

READMORE